Kamis, 17 Oktober 2013

Taman Nasional Betung Kerihun



Sejarah
Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) pada awalnya merupakan cagar alam (dahulu bernama Cagar Alam Bentuang Karimun) dengan luas 600.000 hektar yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian pada tahun 1982. Sepuluh tahun kemudian, melalui keputusan menteri kehutanan kawasan cagar alam tersebut diperluas sehingga menjadi 800.000 hektar. Pada 5 September 1995, status kawasan mengalami perubahan dari cagar alam menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Bentuang Karimun. Empat tahun kemudian, tepatnya tanggal 2 September 1999, kawasan TNBK akhirnya ditetapkan sebagai taman nasional dan berubah nama menjadi Taman Nasional Betung Kerihun.

Kondisi Fisik
Berbukit dan bergunung-gunung merupakan karakteristik topografi dari kawasan TNBK. Paling tidak 20% dari kawasan TNBK memiliki ketinggian di atas 700 m di atas permukaan laut. Kawasan bukit dan gunung di dalam kawasan TNBK merupakan bagian kompleks dari pegunungan Muller yang berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur. Gunung Kerihun merupakan gunung tertinggi yang terdapat di TNBK dengan ketinggian 1.790 m di atas permukaan laut. Gunung tersebut berada di bagian sebelah timur dari kawasan. Selain karakter topografi unik di atas, ciri lain yang tidak kalah pentingnya dari kawasan TNBK adalah hamparan sungai-sungai yang jumlahnya diperkirakan hingga ratusan. Karakteristik hidrologi yang begitu dominan membuat kawasan TNBK berperan sebagai “menara air” bagi Propinsi Kalimantan Barat dan daerah lain yang berbatasan dengan kawasannya. Secara hidrologis, kawasan TNBK terdiri atas 5 sub Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu Sub DAS Embaloh, Sub DAS Sibau, Sub DAS Apalin, Sub DAS Mendalam, dan Sub DAS Hulu Kapuas.

Tipe Ekosistem
TNBK menyimpan tipe ekosistem yang cukup beragam, yaitu hutan dipterocarpaceae dataran rendah, hutan aluvial, hutan rawa, hutan sekunder tua, hutan dipterocapaceae bukit, hutan berkapur, hutan sub-gunung, dan hutan pegunungan. Secara umum, kondisi hutan di tipe-tipe ekosistem tersebut masih relatif baik bahkan di beberapa lokasi belum pernah “disentuh”. Dari kedelapan tipe ekosistem tersebut, hutan dipterokarpa dataran rendah menempati porsi paling besar dari keseluruhan kawasan TNBK. Marga Shorea, Dipterocarpus, Hopea termasuk beberapa marga yang umum dijumpai di hutan dipterokarpa tersebut.

Flora dan Fauna
Keragaman tipe ekosistem dan karakteristik topografi serta hidrologi yang ada di TNBK sangat mendukung bagi kehidupan berbagai jenis tumbuhan dan satwa termasuk yang tergolong dilindungi. Jenis-jenis tumbuhan di kawasan TNBK yang telah berhasil diidentifikasi sampai saat ini sebanyak 695 jenis dimana 50 jenis diantaranya tergolong tumbuhan yang hanya ditemukan di Pulau Borneo. Jenis pisang hutan Musa lawitiensis, misalnya, merupakan jenis tumbuhan yang endemik dari Gunung Lawit yang terletak di DAS Sibau. Diperkirakan kawasan TNBK masih menyimpan potensi tumbuhan yang tergolong jenis-jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya oleh para ahli botani. Kekayaan jenis satwa juga tidak kalah hebatnya dibandingkan jenis-jenis flora. TNBK merupakan rumah bagi paling tidak 301 jenis burung dimana 15 jenis diantaranya tergolong burung migran. Jenis mamalia yang ada di dalam kawasan TNBK juga ikut menambah kekayaan jenis satwa TNBK. Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus), beruang madu (Helarctos malayanus), kukang (Nycticebus coucang), macan dahan (Neofolis nebulosa) dan Tarsius (Tarsius bancanus) adalah beberapa jenis satwa kunci yang ada di TNBK. Sungai-sungai yang ada di dalam kawasan TNBK juga merupakan surga bagi berbagai jenis ikan maupun satwa unik lainnya. Salah satu jenis ikan yang terdapat di sebagian sungai di TNBK adalah ikan semah (Tor tambroides).

Sosial Ekonomi Masyarakat
Di sekitar kawasan TNBK bermukim enam sub etnis Dayak, yang meliputi Dayak Iban, Tamambaloh, Taman Sibau, Kantu’, Kayan Mendalam, Bukat Mendalam, dan Bukat Metelunai. Hanya kelompok etnis Punan Hovongan yang bermukim di dalam kawasan TNBK. Sebagian besar etnis dayak sudah hidup menetap terutama di daerah aliran sungai yang terletak di sekitar kawasan TNBK dengan mata pencaharian sebagai pencari ikan dan peladang. Dalam kesehariannya mereka hidup rukun dengan membaur bersama beragam etnis lain seperti etnis Melayu, Jawa dan Tionghoa.

Nilai Penting Kawasan
Benteng Keanekaragaman Hayati
KawasanTNBK dengan seluas 800.000 hektar dengan ragam tipe ekosistemnya yang terbentang pada ketinggian di atas 150 - 2.000 m dpl merupakan salah satu benteng biodiversitas di Indonesia, bahkan di dunia.

Pengatur Tata Air
Secara keseluruhan TNBK menyumbang sebanyak 8,1% dari seluruh Tata Air DAS utama Kapuas di Kalimantan Barat yang mempunyai daerah tangkapan air seluas 9.874.910 hektar.Tidak kurang dari 60% tangkapan air di dalam kawasan merupakan sumber air bagi danau dan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya.

Model Taman Nasional
Di tingkat nasional,TNBK berdampingan dengan 19 taman nasional lain di Indonesia menjadi sebuah taman nasional model. Sebagai taman nasional model, TNBK mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah terkait upaya konservasi yang dilakukan.

Focus Kegiatan Internasional
TNBK merupakan Kawasan Konservasi Lintas Batas (Transfrontier Reserve) pertama di Asia, dimana TNBK berbatasan langsung dengan Lanjak Entimau Wildlife Sanctuary (LEWS) di Sarawak, Malaysia. Selain ituTNBK juga merupakan salah satu dari 20 Taman Nasional Model di Indonesia. KawasanTNBK juga merupakan salah satu fokus penting dalam aktivitas program Heart of Borneo (HoB) yang melibatkan tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar